--> LITURGI GEREJA: Teks Ekaristi | Deskripsi Singkat Blog di Sini
Showing posts with label Teks Ekaristi. Show all posts
Showing posts with label Teks Ekaristi. Show all posts

Thursday, July 14, 2022

VOS ESTIS LUX MUNDI - (DOWNLOAD GRATIS)

VOS ESTIS LUX MUNDI - (DOWNLOAD GRATIS)

 Motu Proprio Paus Fransiskus

7 Mei 2019

Kejahatan penyalahgunaan seksual melukai Tuhan kita, menyebab-kan kerusakan fisik, psikologis dan spiritual bagi korban, dan merugikan komunitas orang beriman. Agar semua gejala ini dalam segala bentuknya tidak terjadi lagi, diperlukan pertobatan hati yang terus-menerus dan mendalam, yang dibuktikan dengan tindakan nyata dan efektif, yang melibatkan setiap orang dalam Gereja, sehingga kekudusan pribadi dan komitmen moral dapat mendukung untuk mengembangkan kredibilitas yang penuh dari warta Injil dan efektivitas misi Gereja. Hal ini menjadi mungkin hanya dengan rahmat Roh Kudus yang dicurahkan ke dalam hati, sebagaimana selalu kita harus ingat kata-kata Yesus: “Terpisah daripada-Ku kamu tidak dapat melakukan apa pun” (Yoh 15:5). Seandainya juga begitu banyak hal telah dilakukan, kita tetap harus belajar terus dari pelajaran-pelajaran pahit masa silam, untuk memandang masa depan dengan harapan. 


 

Monday, May 30, 2022

St. Marta, Maria, dan Lazarus

St. Marta, Maria, dan Lazarus

29 Juli

St. Marta, Maria, dan Lazarus

(Peringatan Wajib/Pw)


Lihat Rumus Umum para Orang Kudus.

BcE dr Buku Bacaan III (29 Juli): 1 Yoh. 4:7-16; Mzm. 34:2-3,

4-5,6-7,8-9,10-11; Yoh. 11:19-27 atau Luk. 10:38-42

 

Antifon Pembuka                                                                 Bdk. Luk 10:38-39

Masuklah Yesus ke dalam salah satu desa, dan seorang perempuan, bernama Marta,

menyambut Dia ke dalam rumahnya.

 

Doa Kolekta

Allah,

Putra-Mu telah membangkitkan kembali Lazarus dari kubur;

Ia pun telah berkenan bertamu di rumah Marta;

kami mohon,

semoga kami melayani Putra–Mu dengan setia

dalam diri saudara-saudara kami,

dan bersama Maria dituntun untuk merenungkan sabda–Nya.

Sebab, Dialah yang Hidup dan Berkuasa

bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus,

Allah, sepanjang segala masa.

 

Doa atas Persembahan

Tuhan,

dalam diri para orang suci-Mu

kami memaklumkan karya-Mu yang ajaib,

kami mohon dengan rendah hati

di hadapan keagungan–Mu

supaya sebagaimana pelayanan cinta para kudus-Mu

dengan nyata berkenan kepada-Mu,

demikian juga pelayanan cinta-bakti kami Engkau terima.

Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

 

Antifon Komuni                                                Bdk. Yoh 11:27

Berkatalah Marta kepada Yesus:

Engkaulah Sang Kristus, Putra Allah yang hidup,

yang telah datang ke dunia ini.

 

Doa sesudah Komuni

Tuhan,

setelah menyambut Tubuh

dan Darah Putra-Mu yang Tunggal

kami mohon supaya Engkau menguatkan kami

untuk berpaling dari segala sesuatu yang fana dan sia-sia,

bantulah kami supaya dengan meneladan Marta,

Maria, dan Lazarus yang berbahagia,

kami makin berkembang dalam cinta kasih sejati di dunia ini

dan kelak boleh bersukacita untuk selamanya

bila memandang Dikau di surga.

Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.




Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria

Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria

 Sabtu sesudah Minggu II Pentakosta (Peringatan Wajib/Pw)


BcE dr Buku Bacaan III (Sabtu sesudah Minggu II sesudah Pentakosta: Peringatan {fakultatif} Hati Tersuci S.P. Maria): Yes. 61:9-11; MT 1 Sam. 2:1,4-5,6-7,8abcd; Luk. 2:41-51.

 

Antifon Pembuka                                        Mzm. 13:6

Hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.

Aku mau menyanyi untuk Tuhan,

karena Ia telah berbuat baik kepadaku.



Sunday, May 29, 2022

Nama Yesus yang Tersuci

Nama Yesus yang Tersuci

 (Peringatan Fakultatif/Pfak)

BcE Flp. 2:6–11; Mzm. 8:4–5, 6-7, 8-9 R: 2ab; Luk 2:21-24

(Bacaan pertama dr Buku Bacaan III {Rumus Misa Votif: Nama Yesus Tersuci}, Mazmur Tanggapan dr Buku Bacaan III {Rumus Misa Upacara: Penerimaan Sakramen-Sakramen Inisiasi}, Bacaan Injil lihat di alkitab)

 

Antifon Pembuka                     Flp. 2:10-11

Dalam nama Yesus hendaknya bertekuk lutut segala yang ada di langit, 

yang ada di atas bumi, dan yang ada di bawah bumi;

dan segala lidah mengakui

bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, 

dalam kemuliaan Allah, Bapa.



Thursday, May 26, 2022

Apa itu Pentakosta dan Dari Mana asalnya?

Apa itu Pentakosta dan Dari Mana asalnya?

Jika membaca Perjanjian Lama, kita akan menemukan bahwa Pentakosta adalah salah satu hari raya orang Yahudi. Hanya saja mereka tidak menyebutnya Pentakosta. Itu nama Yunaninya. Orang-orang Yahudi menyebutnya Hari Raya Panen. Disebutkan di lima tempat dalam lima buku pertama — dalam Keluaran 23, Keluaran 24, Imamat 16, Bilangan 28, dan Ulangan 16.



Penggunaan Bahasa Latin dalam Perayaan Ekaristi

Penggunaan Bahasa Latin dalam Perayaan Ekaristi



Tidak diragukan lagi, bahasa Latin adalah bahasa yang paling berumur panjang dalam Liturgi Romawi: telah digunakan selama lebih dari enam belas abad, artinya, sejak bahasa resmi Gereja beralih dari bahasa Yunani ke bahasa Latin – sebuah perubahan diselesaikan di bawah Paus Damasus (+384). Buku-buku liturgi resmi Ritus Romawi masih diterbitkan dalam bahasa Latin sampai sekarang (editio typica).

Kitab Hukum Kanonik (kanon 928) menetapkan: “Perayaan Ekaristi hendaknya dilakukan dalam bahasa Latin atau dalam bahasa lain asalkan teks-teks liturgi telah disetujui secara sah.” Dengan mempertimbangkan situasi sekarang, kanon ini secara ringkas menerjemahkan ajaran Konstitusi Liturgi Suci Konsili Vatikan II.

Sacrosanctum Concilium nomor 36 yang terkenal menetapkan prinsip berikut:

“Hukum khusus yang masih berlaku, penggunaan bahasa Latin harus dipertahankan dalam ritus Latin” (§ 1).

Dalam pengertian ini, Hukum ini pertama-tama menegaskan: “Perayaan Ekaristi harus dilakukan dalam bahasa Latin.”

Di bagian selanjutnya, Sacrosanctum Concilium mengakui kemungkinan menggunakan juga bahasa daerah:

“Tetapi karena penggunaan bahasa lokal, baik dalam Misa, administrasi sakramen, atau bagian lain dari liturgi, sering kali dapat sangat bermanfaat bagi umat, batas-batas penggunaannya dapat diperpanjang. Ini pertama-tama berlaku untuk bacaan-bacaan dan petunjuk-petunjuk, dan beberapa doa dan nyanyian, menurut peraturan tentang hal ini yang akan diatur secara terpisah dalam bab-bab berikutnya. (§ 2)

“Terjemahan dari teks Latin ke dalam bahasa lokal yang dimaksudkan untuk digunakan dalam liturgi harus disetujui oleh otoritas gerejawi teritorial yang berwenang yang disebutkan di atas.” (§ 4)

Berdasarkan bagian-bagian berikutnya, Kitab Hukum Kanonik menambahkan: "atau dalam bahasa lain asalkan teks-teks liturgi telah disetujui secara sah."

Sebagaimana dapat dilihat, demikian pula menurut norma-norma sekarang, bahasa Latin masih menempati tempat utama sebagai bahasa yang, berdasarkan prinsip, lebih disukai Gereja, meskipun Gereja mengakui bahwa bahasa daerah dapat berguna bagi umat beriman. Dalam situasi konkrit sekarang ini, perayaan liturgi dalam bahasa Latin sudah agak jarang. Oleh karena itu, motivasi untuk menggunakan bahasa Latin adalah karena dalam Liturgi Kepausan (tetapi tidak hanya dalam Liturgi Kepausan), bahasa Latin harus dijaga sebagai warisan berharga dari tradisi liturgi Barat. Bukan kebetulan Hamba Allah, Yohanes Paulus II mengingat bahwa:

“Gereja Roma memiliki kewajiban-kewajiban khusus terhadap bahasa Latin, bahasa Roma kuno yang indah, dan Gereja harus mewujudkannya setiap kali ada kesempatan” (Dominicae cenae, no 10).

Dalam kesinambungan dengan Magisterium Pendahulunya, Paus Benediktus XVI, selain berharap bahwa akan ada lebih banyak penggunaan bahasa Latin tradisional dalam perayaan-perayaan liturgi, terutama selama pertemuan-pertemuan internasional, menulis:

“Secara lebih umum, saya meminta agar para imam di masa depan, dari waktu mereka di seminari, menerima persiapan yang diperlukan untuk memahami dan merayakan Misa dalam bahasa Latin, dan juga menggunakan teks-teks Latin dan melaksanakan nyanyian Gregorian; kita juga tidak boleh lupa bahwa umat beriman dapat diajar untuk melafalkan doa-doa yang lebih umum dalam bahasa Latin, dan juga menyanyikan bagian-bagian liturgi dengan nyanyian Gregorian” (Sacramentum Caritatis, no 62).

Waktu Hening dalam Perayaan Ekaristi

Waktu Hening dalam Perayaan Ekaristi


 Pedoman Umum Misale Romawi Nomor 45, mengatur:

Beberapa kali dalam Misa hendaknya diadakan saat hening, Saat hening juga merupakan bagian perayaan, tetapi arti dan maksudnya berbeda-beda menurut makna bagian yang bersangkutan. Sebelum pernyataan tobat umat mawas diri, dan sesudah ajakan untuk doa pembuka umat berdoa dalam hati. Sesudah bacaan dan homili umat merenungkan sebentar amanat yang telah didengar. Sesudah komuni umat memuji Tuhan dan berdoa dalam hati. Bahkan sebelum perayaan Ekaristi, dianjurkan agar keheningan dilaksanakan dalam gereja, di sakristi, dan di area sekitar gereja, sehingga seluruh umat dapat menyiapkan diri untuk melaksana-kan ibadat dengan cara yang khidmat dan tepat.

Pedoman Umum Nomor Misale Romawi no 78 menjelaskan: “Doa Syukur Agung menuntut agar semua mendengarkannya dengan hormat dan dalam keheningan.” 

Pedoman Umum Nomor Misale Romawi no 84 kemudian menggarisbawahi pentingnya memelihara keheningan sebagai sarana persiapan yang baik untuk penerimaan Komuni Kudus: “Imam mempersiapkan dirinya dengan doa, katanya dengan tenang, agar ia dapat menerima Tubuh dan Darah Kristus dengan baik. Umat ​​beriman melakukan hal yang sama, berdoa dalam hati.” Akhirnya, sikap yang sama diusulkan untuk periode ucapan syukur setelah Komuni: ketika pembagian Komuni selesai, sesuai dengan keadaan, imam dan umat beriman meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi. Jika diinginkan, mazmur atau kidung pujian atau himne lainnya juga dapat dinyanyikan oleh seluruh jemaat. (no.88)

Dalam beberapa alinea lain dari Pedoman Umum Misale Romawi ini, arahan serupa tentang keheningan diulangi, sehingga keheningan merupakan bagian integral dari perayaan liturgi.

Hamba Allah Santo Yohanes Paulus II telah mengakui bahwa, dalam praktek yang sebenarnya, arahan Konsili Vatikan II tentang keheningan suci, arahan yang kemudian dimasukkan dalam Pedoman Umum, tidak selalu dipatuhi dengan setia. Dia menulis: “Satu aspek yang harus kita bina dalam komunitas kita dengan komitmen yang lebih besar adalah pengalaman keheningan. . . . Liturgi, dengan momen dan simbol yang berbeda, tidak dapat mengabaikan keheningan.” (Spiritus et Sponsa, no 13)

Di sini kita dapat mengingat teks dari  Teolog dan juga Kardinal saat itu, Joseph Ratzinger (saat ini Paus Emeritus Benediktus VI):

Kita semakin menyadari dengan jelas bahwa keheningan adalah bagian dari liturgi. Kita menanggapi dengan bernyanyi dan berdoa, kepada Tuhan yang berbicara kepada kita, tetapi misteri yang lebih besar, melampaui semua kata, memanggil kita untuk diam. Tentu saja, diam harus menjadi keheningan dengan isi, bukan hanya ketiadaan ucapan dan tindakan. Kita harus mengharapkan liturgi memberi kita ketenangan positif yang akan memulihkan kita.


Akibatnya, saat-saat hening yang ada dalam liturgi adalah sangat penting. Saat-saat hening ini merupakan bagian integral dari seni merayakan para pelayan liturgi seperti halnya partisipasi aktif umat beriman. Keheningan dalam liturgi adalah saat di mana seseorang mendengarkan dengan perhatian yang lebih besar kepada suara Tuhan dan menginternalisasi sabda-Nya, sehingga menghasilkan buah kesucian dalam kehidupan sehari-hari.

TEKS TAHBISAN USKUP

TEKS TAHBISAN USKUP

link
Gambaran Umum TPE 2020

Gambaran Umum TPE 2020

link

Sunday, March 6, 2022

Doa Syukur Agung I (Part III)

Doa Syukur Agung I (Part III)

 Bait kedua - Doa permohonan demi kepentingan gereja dan untuk kepentingan person tertentu


Demi Kepentingan Gereja

 Kami mempersembahkan kepada-Mu, pertama-tama untuk Gereja-Mu yang kudus dan katolik. Semoga Engkau memberikan kepadanya damai, perlindungan, persatuan dan bimbingan di seluruh dunia, bersama hamba-Mu Paus kami …”

Sesudah doa permohonan menerima persembahan,  kini permohonan ditujukan untuk kepentingan Gereja dan dunia. Imam memohonkan damai, perlindungan, persatuan dan bimbingan. Mendoakan gereja merupakan ciri khas umat kristian sejak gereja perdana; baik Ritus Barat maupun Ritus Timur. Doa ini menunjukkan perkembangan dan kedalaman iman akan Allah.



Doa Syukur Agung I (Part II)

Doa Syukur Agung I (Part II)

 Bait pertama - Doa Permohonan Kepada Bapa


“Ya Bapa yang mahamurah, dengan rendah hati kami mohon demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami: Sudilah menerima dan memberkati persembahan ini”

DSA I diawali dengan kalimat “Ya Bapa yang mahamurah”. Ini merupakan doa permohonan kepada Bapa demi kepentingan Gereja. Imam memohon agar Allah Bapa sudi menerima (accepta) dan memberkati (benedicas) persembahan (dona).

Allah Bapa adalah sumber segala kebaikan dan rahmat. Oleh karena itu dalam doa ini dan dalam doa-doa resmi liturgi katolik, permohonan senantiasa ditujukan kepada Allah Bapa.



Doa Syukur Agung I (Part 1)

Doa Syukur Agung I (Part 1)

 

Sejarah Singkat DSA I


Teks kanon romawi merupakan satu-satunya teks Doa Syukur Agung sejak abad ke-3 dan teks ini bertahan hingga sekarang. Inilah teks Doa yang paling tua dalam tradisi Gereja Katolik Ritus Romawi. Berbicara tentang DSA I ini, kita seolah-olah berbicara tentang sebuah misteri. Disebut misteri karena teks ini telah melewati abad demi abad, peradaban demi peradaban. Meskipun demikian dia tetap eksis dan bertahan. Misteri, karena teks ini amat sukar dipahami; tidak diketahui penulis dan asal-usulnya. Misteri, karena kendadi tidak diketahui asal usulnya, umat beriman tetap memakai dan mempertahankan DSA I hingga saat ini. Tradisi gereja yang tetap mempertahankan doa ini hingga sekarang adalah juga suatu misteri. Menyadari perjalanan sejarah DSA ini, kita pantas menaruh hormat dan memelihara sebagai warisan iman.